Senin, 27 Juni 2016

Karena vaksin lebih serem dari valak

http://jateng.tribunnews.com/2016/06/26/pelaku-pembuat-vaksin-palsu-dikenal-religius-netizen-sebut-sebagai-teroris-sejati

Heran sm komentar orang ttg kasus ini. Komentarnya mayoritas ttg rasa syukur mereka krna anaknya ga divaksin atau kata2 makian ke pembuat vaksin palsu. Buat sy, pembuat vaksin palsu itu hebat, bikin vaksin palsu ga bisa disamakan dg bikin sempol palsu misalnya. Butuh kecerdasan, ketelitian, awareness, pemahaman akan kebutuhan pasar vaksin sampai pemahaman akan celah hampa distribusi vaksin. Undang2 mengatur bhwa setiap usaha yg mengatur hajat hidup orang banyak dikuasai negara, contohnya sdh tdk lagi sesempit air dan tanah. Tp sudah meluas hingga ke telekomunikasi, pangan, pendidikan, juga kesehatan dimana subsection ttg vaksin ini ada. Jadi poin pertamanya adalah, penyediaan vaksin adalah tanggungjawab pemerintah sebagai tindakan pengatur regulasi hajat hidup orang banyak.

Belum lama ini sy baca satu thread di internet yg membahas ttg orangtua tanpa vaksin, keyakinan mereka ttg apakah vaksin penting atau tidak, apakah antibodi alami manusia sudah lebih dr cukup untuk melindungi buah hati dr ragam penyakit. Adapula yg menghubungkannya dg proses pembuatan vaksin yg disinyalir bersentuhan dg partikel senyawa babi. Luarbiasa yg menyebarkan berita sungguh paham, bahwa agama masih menjadi komoditi paling provokatif di Indonesia.

Dalam waktu kurang dr 1 tahun, entah apa yg disibukkan pemerintah namun perkara vaksin ini menyeruak ganas di tengah masyarakat. Tak henti2 menebar bermacam issue dari segala penjuru yg intinya kurang lebih sama, mengikis kepercayaan orangtua Indonesia thd vaksin. Singkatnya pro kontra vaksin bisa cek di http://m.kompasiana.com/rikamaylinda/pro-kontra-vaksinasi-dan-imunisasi_552844dcf17e61ac328b4596 atau googling sendiri ya. Karena akan terlalu panjang kl dijabarkan ulang, sekalian aja bikin paper buat nyari beasiswa drpd cm blog aja *wink*

Intinya disini cm rasa ingin tahu saya aja, peran pemerintah lets say depkes, kemenkes, bahkan bumn pembuat vaksin yg dikenal sbg bio farma itu dimana? Peran pengawasannya dan kepastian kelancaran pasokan ke rumahsakit atau puskesmas itu lo gimana?

Janganlah negara berkembang macam Indonesia ini masyarakatnya terlalu mudah di adu domba macam jaman penjajahan gitu. Jangan angin2an ikut doktrin issue yg belum jelas kebenarannya. Dan lagi sy percaya Indonesia punya banyak orang pintar, anak bangsa lulusan perguruan tinggi terbaik nasional yg mendalami kimia atau bidang ilmu kesehatan ya mohon sempatkan waktunya untuk mengedukasi sesama warga negara Indonesia biar jelas pro kontra itu nanti muaranya dimana. Sesederhana vaksin, kl ada yg punya niat buruk efeknya bisa lebih serem dr valak. Etapi ya emang valak udh ga serem sih kebanyakan jadi meme sih, LOL.

Globalisasi dan demokrasi memfasilitasi siapapun untuk bebas bicara, tp mbok ya mikir dulu kira2 bener atau salah sebelum posting komentar. Sedikit demi sedikit komentar sanggup menggiring opini publik, menggiring masyarakat kita jadi masyarakat enggan berpikir kritis tapi pengennya mengkritisi terus. Tanpa sadar bahwa mungkin ada dalang yg tengah tergelak melihat keberhasilan rekonstruksi politik divide et impera di tanah Indonesia.
Wallahualam.

Minggu, 20 Maret 2016

Salahkah Mbak Itik?

Heboh mbak itik guyon kebablasan. Lambang negara dilecehkan. Rame2 anggota dpd, tokoh masyarakat, ormas gugat mbak itik dengan alasan bahwa hal tsb harus digugat lewat jalur hukum. Pelecehan negara, titik. Tanpa peduli bahwa mbak itik ini cuma lulusan SD. Anak SD udah diajari dasar negara, betul. Tapi mbak itik sudah lulus kurang lebih 15 tahun yang lalu tanpa kemudian pernah direfresh lagi ilmunya. Kl ada yang sudah lihat videonya, disana jelas terlihat bahwa mbak itik sedang bingung. Dijejerkan dengan mbak perez yang sarjana dan mbak tingting yang lulusan SMA, ya jelas minder mbak itik. Menurut pengamatan saya, ini bagian dari self defense mbak itik. Malu gak bisa jawab soal cerdas cermat SD, lalu dia banting stir aja buat guyonan biar harga diri selebritinya ga jatuh. Kl saya sih, saya justru kasihan. Ini kompleks lo, kenapa sampai mbak itik ga bisa lanjut sekolah wajib belajar 9 tahun. Justru bisa dikatakan bahwa negara lalai dalam "ngopeni" anak bangsa hingga keluarga miskin mbak itik gak bisa nyekolahkan anaknya sampai smp, hingga mbak itik ga tau dasar dan lambang negara.
Kesedihan saya yang kemudian menjadi trigger untuk nulis blog ini adalah pernyataan salah satu penggugat di infotaiment yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum bukan negara maaf. Dimana percuma mbak itik dan keluarga nangis2 minta maaf, beliau akan tetap memperkarakan kasus ini  ke jalur hukum untuk memunculkan efek jera di masyarakat. Duh biyung, sejak kapan negaraku Indonesia yang terkenal ramah dan berbudi pekerti luhur tiba2 bergeser menjadi negara yang tidak mau memaafkan saudaranya sendiri? Bukankah akan indah ketika ibu bapak yang berpendidikan tinggi itu mau merangkul mbak itik, mengajarinya tentang etika bernegara agar dapat dijadikan pegangan hidup bagi mbak itik dalam menapaki karirnya. Lah kalau mbak itik dipenjara, dia dapat apa? Pesan moral apa yang akan sampai di lubuk hati terdalam mbak itik? Dia gak akan dapat apa2. Yang ada akan semakin tersisih di negeri sendiri hanya karena gak sekolah tinggi, hanya karena gak pernah punya kesempatan untuk mengasah otak. Kasian kamu, mbak. Menjadi sasaran tembak perkara kompleks. Perkara ketidakmampuan pemerintah memberikan jaminan pendidikan pada anak bangsa, perkara ketidakmampuan pemerintah membendung acara tv yang less-quality yang cuma haha hihi lalala yeyeye, perkara degradasi rasa saling menyayangi antar saudara sebangsa setanah air. Cuma mbah sudjiwo tejo yang semalam saya liat berkicau di twitter mengajak orang untuk memaafkan dan nuturi sampeyan mbak. Yah semoga yg terbaik untuk semuanya lah ya. Saya bukan apa2 memang, tapi sedih aja liatnya. Sekali lagi, kasihan.





Xoxo