Selasa, 17 November 2015

Job Seeker - Fase hubungan tanpa status tergalau -

Impian semua mahasiswa pasti cepet lulus kuliah, kl bisa masa kuliah 4 tahun dipangkas jd 3,5 tahun aja. Pasca sidang kompre Juli 2014, semua beban tugas kemahasiswaan rasanya udah terlepas bebas. Tingkat pede dan kedewasaan pun seolah meningkat sekian persen, kan udah bukan mahasiswa dong yaa. Tapi euforianya cuma tahan 1-2hari aja, abis itu langsung kepikiran lagi mau apa ya abis ini? Nikah jelas ga mungkin, jodohnya masih LDR. Mau gak mau ya kerja. Wiraswasta ga semudah yg motivator bilang. Wiraswasta butuh modal entah modal kerja modal lahan modal ide atau modal tenaga, ga bisa asal modal dengkul aja. Pilihan paling rasional jatuh ke nyari kerja. Tapi emang nyari kerja segampang itu? Kerjaan itu ibarat jodoh, mau kita upayakan segimanapun, kl Tuhan 'bilang' TIDAK ya kita bisa apa?

Dengan modal ijasah di tangan dan sertifikat ini itu, berangkatlah kita nyari kerja. Begadang tiap malem browsing lowongan kerja, kl bisa daftar online ya langsung apply. Kl harus kirim pos atau drop cv ya berarti besok paginya kirim aplikasi. Begitu ada jobfair, mau di Malang atau diluar kota pun sebisa mungkin harus dateng. Entah ada temen atau harus sendiri, udah bodo amat tetep harus berjuang. Mau ada yang anter atau harus naik turun bis dan angkot sendiri juga ga masalah yg penting kesempatan ga boleh dilewati gt aja. Karena kita ga pernah tau "jodoh kerja" kita ada dimana. Kyk pepatah bilang "jodoh ga akan kemana" ya bener, makanya kita yg harus gerak karena dia cuma diam ditempat nunggu disambut.

Bersyukur gelar sarjanaku ekonomi manajemen yang banyak dibutuhkan dimana-mana, jadi ga susah nyari lowongan kerja. Tapi jadi kelemahan juga karena lulusan ekonomi manajemen jelas banyak bgt dibanding jurusan lain jadi saingan pun meningkat. Kadang bahkan keder juga liat saingan dari kampus2 ternama (aku ga bilang bagus ya, krna kl bagus jelas pede bgt aku akan bilang kl kualitas kampusku bisa diadu sm kampus lain meskipun swasta) dengan ipk lebih tinggi, kemampuan bahasa yg luar biasa, dandanan maksimal dan sebagainya.

Sedikit direview dan kl boleh kasih tips nih, mari kita mulai merunut dari awal proses melamar kerja. Diawal pasti ada proses administrasi, aplikasi yg kita masukkan akan dinilai dari segi kelengkapan berkas, kecocokan persyaratan dengan klasifikasi usia;jurusan;gender;TB BB;foto;dsb. Di proses ini, sebagai pelamar kita harus siap berkas lengkap, selain itu juga harus siap bikin curriculum vitae dan surat lamaran yang bagus. Kl mau apply ke perusahaan lokal atau nasional ya buatlah cv dan surat lamaran dengan bahasa indonesia yg baik dan benar. Kl mau apply ke perusahaan multinational ya buatlah cv dan surat lamaran dengan bahasa inggris yang baik dan benar, jangan asal dapet nulis dari google translate aja, kl perlu minta dibikinin sm temen yg jago english sekalian.

Lolos seleksi administrasi itu menurutku sih suatu kewajiban ya, masa cuma pemberkasan aja ga lolos? Makanya jgn pernah maksain kualifikasi, misal yg dicari cowok ya yg cewek gausa apply, yg dicari jurusan teknik kimia ya yg akuntansi melipir dulu lahh yaa

Biasanya sih tes selanjutnya adalah tes psikologi, rangkaian antara tes tulis dan interview psikologi. Disini terbukti, bahwa soft skill itu penting. Orang ga tanya km pinter beneran atau gak, meski diawal emang diliat ipk tp mereka ga cek juga ipk segitu dpt nyontek aja apa emang pinter beneran. Yg lebih dipentingkan perusahaan adalah kemampuan dasar seseorang thd posisi yg dilamar. Dites psikologi tidak ada benar salah, jadi gausa takut sampe harus belajar semalem suntuk dsb. Buat tes ini, kalian cuma perlu mempersiapkan kondisi badan sebaik mungkin. Kl bisa jangan sakit, jangan ngantuk (ini aku bgt, sering ngantuk waktu tes, bahkan ketiduran, huhu), jangan laper tp jg jangan kekenyangan yang nantinya bisa ganggu konsentrasi. Kl ada masalah diluar, gausa dibawa masuk tes dulu, kuncinya cuma fokus dan berikan yg terbaik. *notes* jangan sok2an -be yourself- waktu tahap psikotes dan interview yg akhirnya justru jadi bumerang, tapi jadi -be your best self- biar interviewernya terkesan sama kualitas diri kita. Gaada salahnya mempersiapkan diri, menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri, jangan lupa dandan rapi head to toe.

Masih lolos? Selamat! Berarti kualitas diri kamu cocok dg yg dibutuhkan perusahaan. Next ada interview user biasanya, disini interviewer kita adalah orang2 perusahaan, biasanya sudah di level managerial, atau orang2 yang akan langsung jadi atasan kita nantinya. Pada umumnya mereka akan mulai bertanya teknis, kemampuan kita dalam bekerja, pemahaman akan posisi yg kita lamar, risk and benefit pekerjaan ini, dsb. Disini kita harus paham betul jobdesc posisi yg kita lamar, apa hubungannya dg gelar yg kita punya, apa kontribusi yg bisa kita berikan utk perusahaan dsb. Sekedar sharing aja, interview pertamaku di surabaya, kampus unair C, posisi finance trans media. Nervous kebangetan yaa, ini yg pertama, tanpa persiapan krna harus PP malang-surabaya 2hr berturut2, ga 100% lah. Udah pede di interview HRD (psikolog) krna dari jd satu2nya anggota tim yg bisa jawab pertanyaan pake bhs inggris, tiba2 blank di wawancara user ketika ditanya "neraca itu apa?" aku jawab "buat liat laba rugi perusahaan" brakkk!! "gilaa gimana mau jadi staff finance, neraca itu bhs inggrisnya balance sheet! Mana ada liat laba rugi disana?" duh langsung freeze. Beku rasanya. Bodo kok ga ketulungan. Huhuhu.

Udah gitu aja interview user, kl sukses ya biasanya lanjut tahap medical check up. Perusahaan dg benefit tinggi, biasanya menetapkan standart kesehatan yg tinggi ubtuk karyawannya. Hal ini nantinya akan berhubungan dengan konsep jaminan kesehatan ketika kita udh kerja nanti. Jadi standartnya paling tes darah, jantung, urine, gigi, THT, mata. Ada beberapa yg menambahkan tes feses, tes ketahanan tubuh, USG, rontgen, bahkan ambeien juga. Ada perusahaan yg menolerir perokok, tapi untuk amannya lebih baik puasa dlu lah sebelum medcheck.

Susah gak sih nyari kerja? Susah. Kl gampang mah nyari indomaret sm alfamart, haha *krikkrik*. Tapi ya namanya usaha menuju cita2, apalah arti perjuangan ini, ketika nanti bisa duduk di posisi yg kita harap2kan dengan benefit yg jauh diatas harapan. Saran aja sih, kl mau nyari kerja jangan andalkan kenalan atau uang, masa sih rela gaji hasil kerja keras kita seumur hidup nantinya gak berkah gara2 dlu masuknya lewat jalur titipan? Ya dongg..

Jangan lupa juga, selain usaha mendekati tes ini itu ada usaha yg lebih penting yaitu mendekati Tuhan Pemilik Segalanya. Mau kita excellent kayak apa, kl Tuhan bilang tidak, kita bisa apa? Gaada salahnya juga buat bikin nadzar, misal kl dapet kerjaan ditempat terbaok menurutMu, hamba akan memberi makan 100 anak yatim. Nadzarnya yg terjangkau aja, jangan muluk2, bukan mahalnya atau banyaknya yg dilihat tapi keyakinan kita memegang dan memenuhi nadzar tsb.

Buat kalian yg sampai sekarang belum dapet kerjaan, jangan patah semangat, jangan duduk di kamar liatin hape maen game atau sosmed aja. Bangun dan bergegas, siapin dokumen, apply semua job vacancy yg related sm background pendidikan, jangan pilih2, pilih2 itu boleh dilakukan kl kalian udh diterima di 2 tempat atau lebih, kl gaada pilihan trs apa yg kalian pilih? Datengin semua jobfair entah dikota sendiri atau diluar kota, minta ijin orangtua tp jangan disalahgunakan buat selain nyari kerja. Kencengin ibadahnya, insyAllah ga lama lagi dapet kok kerjaannya. Sabar yaaaa :)

Sekarang, aku bersyukur. Per desember 2014 udah kerja di BRI, doa mama berkali2 disebut pengen anaknya kerja di BRI, papa juga bilang pengen liat anaknya kerja di bank. Kurang lebih 5 bulan setelah ujian kompre dan 3 bulan setelah wisuda baru dapet kerja rasanya bersyukur bgt, apalagi liat temen2 yg sekarang masih nganggur. Kerja disini menyenangkan, next time aku buat post khusu tentang kerjaanku yaa.

Well, see you next bloggies. Good luck jadi job seeker nya yaaaa ;)

Rabu, 04 Maret 2015

Stereotype

Post ini dimulai dari kelas Marketing Mindset di Pusdik, instruktur ada pertanyaan "apa yang kalian pikirkan dari kata polisi?" Dan ada temen yang nyeletuk bilang "menyebalkan" "sampah masyarakat" "pungli" "tukang tilang" dan sebagainya. Heran gak sih kenapa kata yang keluar jelek-jelek? padahal definisi polisi menurut Wikipedia adalah pranata umum sipil yang mengatur tata tertib dan hukum yang terkadang bersifat militaristis dan dalam lingkungan pengadilan berkedudukan sebagai penyidik yang bertugas mencari barang bukti dan keterangan dari berbagai sumber.
Nah, kalo gitu jauh dong persepsi masyarakat dengan definisi murni polisi tadi? trus kenapa bisa beda ya? problemnya dimana? tulisan ini dibuat bukan semata-mata karena papaku polisi, tapi lebih kepada statusku sebagai warga masyarakat yang merasa bahwa ada yang salah disini, ada yang salah dengan tatanan sosial masyarakat sehingga persepsi polisi sebagai pranata umum sipil yang bertugas melayani dan mengayomi terbiaskan dengan persepsi lain yang bersifat negatif. Kepercayaan masyarakat kepada polisi juga relatif rendah terlebih saat ini dimana posisi polisi sebagai aparat penegak hukum tidak lagi kebal dan netral terhadap situasi politik.

Menurut saya, ketidakpercayaan masyarakt kepada polisi dipengaruhi oleh kurangnya integritas oknum anggota di lapangan. Masih adanya kasus pungli dan pressure tertentu yang ditampilkan kepada masyarakat tanpa melalui hukum praduga tak bersalah sehingga seseorang dengan kesalahan ringan atau bahkan mereka yang tidak memiliki kesalahan pun juga merasakan ketakutan yang sama. Ketika hadir di tengah masyarakat, konteks "melindungi dan mengayomi" tidak lebih dari sekedar kata yang belum diaplikasikan. Sementara konsep entertainment yang dimunculkan akhir-akhir ini seperti kemunculan Briptu Norman, polisi ganteng, girlband polisi, hingga konsep polisi yang berkostum tematik juga belum mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang mencibir langkah tersebut sebagai langkah konyol yang percuma. Toh yang diingkan masyarakat bukan entertain, yang dibutuhkan masyarakat adalah aplikasi slogan "melindungi dan mengayomi".

Polisi adalah hak milik masyarakat, dibayar oleh masyarakat sama halnya dengan pegawai pemerintah lainnya, dan sudah seharusnya melayani masyarakat. Sudah saatnya polisi berdiri independen tanpa intervensi. Berdiri kokoh dengan pilar profesionalisme sejak awal rekrutasi, pendidikan dan pelatihan, hingga penugasan. Saya masih meyakini adanya komitmen polisi Indonesia untuk menjalankan tugas sebagai penegak hukum, meski masih banyak oknum yg menyebabkan lahirnya stereotype buruk. Perilaku adil akan membungkam suara2 miring, masyarakat rela diadili bila memang keadilan yg dipatuhi.